Menengok Cinta Tanah Air dan Perlawanan Tauhid Kini dan Masa Lalu

Prolog
Sejarah Nusantara ini begitu luas. Banyak pelajaran atau hikmah yang diambil dari setiap kejadian. Hal yang paling menarik adalah bagaimana perlawanan terhadap tauhid menjadi sangat menarik dari masa ke masa. Kita lihat apa yang terjadi beberapa waktu belakangan ini . Kita tentu ingat dalam kurun waktu dua minggu di akhir Maret dan awal April 2015 ini sedikitnya tercatat ada perlawanan besar dari kaum muslimin ? Walaupun tidak tersorot oleh media massa pada umumnya namun ini menjadi perlawanan yang nyata dan jelas sekali basis massa-nya.

Catatan Pertama  adalah mari kita lihat pada hari Senin, 31 Maret 2015 tampak jelas bahwa trending topik #KembalikanMediaIslam memimpin Trending Topik dunia di jagat twitter. Bermula  Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) meminta Kementerian Kominfo memblokir 19 situs media Islam dan kemudian ditambah 3 situs Islam lainnya. Ternyata tanpa diduga, seluruh komunitas sosial media Muslim bersatu dan membuat hashtag #KembalikanMediaIslam. Hal ini mampu menarik perhatian banyak orang di dunia. Apa pasal bisa menjadi suatu kekuatan dahsyat ? Apakah ada buzzer dari penggiat sosial media yang dibayar khusus untuk menaikkan rating ini ? Tidak mungkin. Namun itu terjadi dan menjadi viral luar biasa dan di Retweet dan disebarkan di seluruh sosial media.
Catatan kedua yang menarik adalah hari Selasa, 7 April 2015 kembali perlawanan di social media marak lagi. Bermula dari Gubernur DKI Jakarta yang mengatakan di media massa bahwa minum miras tidak ada bahaya-nya dan belum ada korban meninggal. Sontak komentar Gubernur tersebut mendapat reaksi perlawanan yang luar biasa dari ummat. Hashtag atau tagar #AhokAsbun menjadi trending topik. Agak mengejutkan perlawanan tadi dapat meraih simpati publik dalam waktu singkat. Gerakan Anti Miras tampak menjadi motor serangan dalam bentuk twitmob yang mulai dilancarkan sejak jam 19.00 WIB.

Metode-metode perlawanan  di media sosial kini ini menjadi marak bagi Islam Indonesia . Apakah Islam sering menggunakan metode perlawanan yang tak lazim ? Bagaimana sejarah Nusantara mencatat terkait hal ini ?

 

  1. 1    Tanah Air dan Tauhid

Mengupas perjuangan mujahid Islam Nusantara sejak dahulu akan menarik jika disimak. Seperti sudah diketahui bahwa Islam bukan agama yang melulu dogma dan ritual ibadah namun agama yang menyentuh seluruh aspek kehidupan manusia. Maka jika diamalkan akan membentuk sistem kehidupan baik ekonomi, politik, kebudayaan, sosial dan sebagainya. Itulah din al Islam yang menjadi tamaddun/peradaban Islam (Islamia, Volume VII No.2 April 2012). Sebuah dien yang diajarkan dari masa ke masa lewat jalur damai baik melalui saudagar, pedagang dan lain sebagainya. Tidak ada sejarah pengislaman Nusantara melalui darah terkecuali jika kaum kafir menyerang dan melawan. Sejarah Pangeran Diponegoro dan Perang nya di tahun 1825-1830 adalah sesuatu yang sangat menarik untuk disimak. Bagi Belanda, Perang Jawa atau Java Oorlog merupakan suatu yang menyakitkan. Harta VOC habis hanya untuk perang tersebut. Disebut-sebut inilah awal muasal kehancuran dan bangkrut-nya VOC. Pangeran Diponegoro tidak mau membayar pajak jalan kepada orang yang bukan bangsanya. Apalagi pajak itu digunakan untuk kepentingan feodal. Harga diri Pangeran Diponegoro sangat tinggi sehingga bersama Kiai Mojo dan Alibasah Abdul Mustafa Prawiradirja (Sentot) dengan melandaskan pada tauhid , mereka dan seluruh pasukan berjuang hingga titik darah penghabisan. Ada dua hal menarik disini yaitu tanah air dan tauhid. Dua hal ini adalah bensin dan api bagi setiap perjuangan melawan kesewenang-wenangan. Tanah air adalah alasan berjuang dan tauhid adalah landasan berjuang. Pekik Allahu Akbar berkumandang di seluruh Nusantara mulai dari pemberontakan tingkat desa hingga Bung Tomo memekikkan-nya dengan jiwa perjuangan dan mata yang menyala membakar semangat hingga kita peringati kini sebagai Hari Pahlawan.

 

  1. 2.    Social Media adalah Bentuk Perlawanan Nyata Muslim Indonesia

Indonesia telah ditahbiskan menjadi penduduk dengan jumlah terbanyak muslimnya. Dengan data BPS penduduk Indonesia adalah diatas 260 juta jiwa , jumlah muslim nya ada sekitar 75% berdasar data intelijen terkini. Ini hampir turun 20% semenjak tahun 1998. Reformasi membuka banyak hal.  Ibarat kotak Pandora banyak hal tak terduga muncul setelah reformasi di Indonesia. Jumlah penganut Kristen dan Katolik meningkat, penganut Hindu pun meningkat. Persentase anggota DPR RI yang beragama Kristen dan Katolik meningkat. Sedangkan secara statistik walaupun Islam masih terbanyak namun secara agregat turun persentasenya.

 

Nampaknya Islam di Indonesia lemah dari segala lini. Tanpa ada kemampuan dan kepemimpinan yang diandalkan, umat Islam tercerai berai dalam banyak kelompok. Karena jauhnya ketimpangan kekuatan itu pula-lah, Islam di Indonesia kurang mampu memberikan warna bagi kehidupan di Indonesia saat ini. Alhasil pertunjukan partai Islam yang dilumpuhkan perlahan, issue ISIS yang mendominasi beserta terorisme yang tak kunjung usai menjadi ummat Islam Indonesia enggan untuk beragama secara kaffah

Di balik kesulitan-kesulitan ini dan tekanan yang demikian dahsyat, masyarakat Indonesia diberikan kesejukan berupa kenikmatan berinternet. Penggunaan social media marak dan menjadi hiburan saat ini. Segala keriuhan pasti mendapat tempat dan dijadikan olok-olok dalam bentuk meme yang dikirimkan melalui path, instagram dan lain sebagainya. Menunggu bis atau angkutan kota tidak bisa lepas dari gawai hanya untuk melihat kicauan twitter teman atau status masygul dari kerabatnya.  Intinya tidak ada hari tanpa social media.

Namun dibalik itu semua, social media menjadi simbol perlawanan bagi muslim Indonesia. Social Media tidak memerlukan modal selain keinginan memencet baik copy paste status ataupun me-Retweet status. Dua hashtag diatas adalah bukti nyata bahwa social media menjadi senjata ampuh bagi “diplomasi Islam”.
Secara umum dapat dijelaskan seperti berikut . Masihkah kita ingat film Janur Kuning. Film itu menggambarkan secara jelas Serangan Oemoem 1 Maret 1949. Kala itu terjadi perundingan di Dewan Keamanan PBB, diplomat Indonesia kehabisan amunisi dalam berargumen.  Tujuan utama dari ini rencana adalah bagaimana menunjukkan eksistensi TNI dan dengan demikian juga menunjukkan eksistensi Republik Indonesia kepada dunia internasional. Untuk menunjukkan eksistensi TNI, maka anggota UNCI, wartawan-wartawan asing serta para pengamat militer harus melihat perwira-perwira yang berseragam TNI.Setelah dilakukan pembahasan yang mendalam, grand design yang diajukan oleh Hutagalung disetujui, dan khusus mengenai “serangan spektakuler” terhadap satu kota besar, Panglima Divisi III/GM III Kolonel Bambang Sugeng bersikukuh, bahwa yang harus diserang secara spektakuler adalah Yogyakarta.Tiga alasan penting yang dikemukakan Bambang Sugeng untuk memilih Yogyakarta sebagai sasaran utama adalah:

 

  1. Yogyakarta adalah Ibukota RI, sehingga bila dapat direbut walau hanya untuk beberapa jam, akan berpengaruh besar terhadap perjuangan Indonesia melawan Belanda.

 

  1. Keberadaan banyak wartawan asing di Hotel Merdeka Yogyakarta, serta masih adanya anggota delegasi UNCI (KTN) serta pengamat militer dari PBB
  2. Langsung di bawah wilayah Divisi III/GM III sehingga tidak perlu persetujuan Panglima/GM lain dan semua pasukan memahami dan menguasai situasi/daerah operasi.

 

Akhirnya strategi agar ada sebuah peristiwa kecil namun mempunyai skala luas yaitu Dunia dan membantu diplomat Indonesia dilancarkan dengan simbol janur kuning. Alhasil serangan yang hanya 6 jam di Jogyakarta mampu memberikan amunisi terbaik bagi diplomat kita yang sedang berjuang mati-matian. Ingat hanya 6 jam saja  di ibukota Negara ini.

Apa artinya itu ? Itu adalah perebutan simbol penting bagi titik terpenting. Dengan segala kelemahan namun Belanda takluk oleh milisi Indonesia. Sekali lagi simbol yang dimenangkan. Apa artinya simbol itu dengan trending topik di jagat twitter ? Trending topik adalah sebuah simbol dukungan di dunia maya. Jika sebuah topik atau hashtag mampu merajai di dunia maya dan meraih dukungan hingga sampai meraih trending topik berarti issue tersebut akan mendapat perhatian dari dunia internasional. Tekanan-tekanan dalam bentuk trending topic ini yang sekarang menjadi simbol atau Janur Kuning-nya muslim Indonesia. Sebagai simbol perlawanan yang hanya 6 jam seperti saat Serangan Oemoem 1 Maret 1949 dan sekarang dalam beberapa jam merajai trending topik sudah pasti akan menjadi buah bibir di mata pers dan publik internasional. Bambu runcing adalah gawai atau gadget dan Janur Kuning adalah trending topik. Jaman boleh berbeda tapi pendudukan akan simbol strategis masih berlangsung.

Epilog

Sudah menjadi sejarah dan selalu berulang bahwa orang yang cinta tanah airnya akan melandaskan pada ajaran tauhid dalam setiap bentuk perlawanannya. Mengusik sanubari muslim pasti akan berhadapan dengan Ulama dan seluruh santri yang berimbas pada perlawanan muslim lainnya.

Sekarang perlawanan seperti apa lagi yang kita harapkan apakah hanya bersifat parsial dan lokal ? Ataukah bersifat utuh dan komprehensif ? Ini akan menjadi pertanyaan untuk perjuangan ummat Islam seluruh dunia. Sekali lagi bahwa tiap 100 tahun sekali Ummat Islam akan bangkit, jika Kerajaan Ottoman yang merupakan kekhalifahan Islam terakhir berakhir tahun 1924 maka bisyaroh Rasulullah akan terjadi di tahun 2024. Apakah pada tahun itu kita dan semua muslim dunia melihat kebangkitan ummat ? Kita lihat dan nantikan

Ditulis oleh : Arisakti Prihatwono di http://prihatwono.blogspot.com/
Seorang @PejuangSubuh dan Divisi R&D Gerakan Anti Miras Indonesia

Leave a Reply