Cara Rohaniyati Menjauhkan Remaja dari Miras dan Narkoba di Wonokusumo

Rohaniyati mempunyai cara berbeda untuk meminimalkan pengaruh negatif terhadap generasi muda di lingkungan rumahnya. Dia menyibukkan para remaja dengan pelatihan pembuatan wedang uwuh. Setidaknya, 20 remaja yang tergabung dalam Karang Taruna RT 1, RW 6, Bulaksari, ikut berlatih.

Maraknya minuman keras (miras) dan narkoba di kalangan generasi muda menjadi keprihatinan tersendiri bagi Rohaniyati. Keprihatinan itu ditunjukkan dengan membuat kesibukan untuk para remaja di sekelilingnya.

Mereka diajak mempelajari proses produksi pembuatan wedang uwuh Suroboyoan di UKM Anom Sari miliknya. Rohaniyati menyatakan, Anom Sari baru dimulai setahun lalu. Tepatnya, pada Agustus 2017.Dia menuturkan, berdirinya UKM itu bermula dari keinginan untuk membantu generasi muda di lingkungan tempat ting galnya di kawasan Bulaksari, Wonokusumo, Semampir.

”Ingin punya usaha untuk bantu mereka. Tapi, usaha yang tidak cepat basi,” katanya. Sang suami, Toto Harjono, lantas mencetuskan ide membuat wedang uwuh. Ide itu muncul saat Hani –panggilan Rohaniyati–dan Toto bertandang ke Jogjakarta. Mereka melihat warga Imogiri mengumpulkan daun-daun kering yang tidak dipakai industri herbal.

”Kalau kayu manisnya dipakai, daunnya tidak dipakai,” ujarnya. Daun-daun kering itu ternyata digunakan untuk membikin wedang uwuh. Ide membuat wedang uwuh tersebut kemudian diadopsi dengan sedikit pengembangan sesuai gaya hidup warga perkotaan yang cenderung banyak aktivitas.

Modifikasi itu terkait dengan bahan-bahan wedang uwuh yang lebih bervariasi. Pada umumnya, wedang uwuh berbahan daun pala, daun kayu manis, kayu secang, jahe, batang cengkih, dan gula batu. Nah, Hani menambahkan kapulaga, sereh, dan daun salam. ”Untuk menghilangkan masuk angin, diabetes, asam urat, kolesterol, susah tidur, dan macam-macam,” katanya.

Proses meracik wedang uwuh pun dilakukan dengan melibatkan para pemuda karang taruna RT 1, RW 6, Bulaksari. Kini ada tujuh pemuda yang ikut aktif terlibat meracik wedang uwuh. Mereka membantu proses produksi, penjualan, maupun pembuatan desain kemasan. Mereka juga mendapat honor bagi hasil.

”Mereka saya ajak supaya tidak hanya kumpul-kumpul, tapi juga bisa mulai wirausaha,” ujarnya. Dia mengakui, kondisi lingkungan sekitarnya memang cukup rawan. Terutama pergaulan di kalangan generasi muda. Misalnya, kecanduan miras, putus sekolah, maupun mengonsumsi narkoba. Karena itu, pihaknya berusaha memberi ruang kegiatan

yang positif untuk mereka. ”Kalau ikut kegiatan ini, mungkin bisa berpikir dua kali untuk kegiatan negatif,” ungkapnya. Pasarnya juga cukup luas. Awalnya, Hani menitipkan produknya ke toko-toko. Namun, harganya kurang bisa bersaing. Karena itu, atas rekomendasi sang suami, kini Hani mengemasnya dengan lebih premium. Pasarnya sudah mencapai Sulawesi, Kalimantan Timur, Semarang, dan Jakarta. ”Saat pameran, banyak ekspatriat Timur Tengah yang suka dengan wedang uwuh,” tuturnya. Radarsukabumi.com

Leave a Reply