Remaja yang minum-minuman keras lebih mungkin melakukan tindakan bunuh diri dibanding yang tidak mengonsumsi minuman alkohol.
Ditulis dalam penelitian yang dirilis University of Leeds beberapa tahun lalu, remaja yang sering minum-minuman keras cenderung lebih tinggi berisiko melakukan bunuh diri di usia 20-an.
Sementara mereka yang dirawat di rumah sakit akibat konsumsi alkohol akan menghadapi risiko peningkatan lima kali lipat untuk membunuh diri mereka sendiri.
Temuan serupa terjadi pada remaja yang membutuhkan perawatan medis akibat mengonsumsi narkoba, terlibat kasus kekerasan dan menyakiti diri sendiri.
Profesor David Cottrell, dari University of Leeds, yang terlibat dalam penelitian tersebut memperingatkan bahwa lembaga terkait harus berbuat lebih banyak untuk membantu para remaja tersebut.
“Dokter belum sepenuhnya menghargai risiko yang dihadapi anak-anak dan remaja yang masuk ruang gawat darurat di rumah sakit karena mengalami masalah yang berhubungan dengan kesulitan,” katanya dikutip Daily Mail, Jumat (17/6/2022).
“Sudah pasti bahwa anak-anak yang menyakiti diri sendiri berisiko tinggi bunuh diri. Namun penelitian menunjukkan bahwa risiko tersebut meluas ke kelompok yang jauh lebih luas,” terang Cottrell lagi.
“Anak-anak dan remaja yang menderita akibat minuman atau obat-obatan terlarang atau kekerasan juga menghadapi peningkatan risiko bunuh diri atau kematian dini melalui perilaku alkohol dan obat-obatan terlarang.”
Chief Executive Young Minds, Sarah Brennan mengatakan bahwa penelitian tersebut merupakan sebuah terobosan dalam kaitannya penyalahgunaan zat terlarang, kekerasan, menyakiti diri sendiri dan minuman beralkohol.
“Sangat penting bagi kita untuk tidak memikirkan orang muda hanya dalam daftar ‘masalah’, dan bahwa kita dapat memahami bagaimana penderitaan dapat diungkapkan dengan cara yang berbeda pada waktu yang berbeda,” paparnya.
Untuk studi yang dipublikasikan di The Lancet, para periset, yang bekerja sama dengan University College London, melihat data anonim pada lebih dari satu juta anak muda di atas 15 tahun.
Semua peserta berusia antara 10 hingga 19 tahun dan telah diterima di berbagai departemen gawat darurat di seluruh Inggris.
Mereka yang menderita akibat ‘kesengsaraan’ penyalahgunaan narkoba atau alkohol, kekerasan yang merugikan diri sendiri, dikatakan dua kali lebih mungkin untuk meninggal dalam dekade berikutnya.
Serupa tapi tak sama dengan penelitian tersebut, dikatakan bahwa orang dengan luka bakar juga ditemukan lima kali lebih mungkin untuk bunuh diri dalam 10 tahun ke depan.
Risiko bunuh diri yang tepat ditemukan 7,2 per 1.000 untuk anak laki-laki. Namun, untuk anak perempuan itu jauh lebih rendah pada 2,5 untuk jumlah yang sama.
Temuan tersebut mencerminkan fakta yang diketahui secara luas bahwa laki-laki hampir empat kali lebih mungkin melakukan bunuh diri daripada perempuan.
Dua pertiga dari semua kematian yang tercatat disebabkan oleh bunuh diri, penyalahgunaan obat-obatan atau alkohol, atau pembunuhan, demikian hasil penelitian tersebut melaporkan. Suara.com