Inilah Daftar Efek Buruk Jangka Panjang & Jangka Pendek Bagi Peminum Alkohol

Dalam hidup, rasanya tidak mungkin kita bebas dari masalah hingga bisa memicu stres. Beberapa orang melampiaskannya dengan minum minuman beralkohol karena bisa menghilangkan stres dan kecemasan untuk sementara. Di sisi lain, beberapa orang terkadang minum minuman beralkohol untuk membuatnya lebih rileks saat merasa gugup atau karena alasan lain.

Dalam kadar rendah, alkohol memang bisa membuat kita merasa rileks, percaya diri, lebih mampu bersosialisasi, serta meningkatkan kebahagiaan. Namun, jika diminum berlebihan, ini bisa memicu pelepasan kortisol saat kita sedang stres.

Respons yang berlebihan ini akan membuat situasi terasa lebih berbahaya daripada yang sebenarnya. Orang-orang yang terbiasa minum banyak alkohol lebih cenderung untuk mengalami tingkat kecemasan yang lebih tinggi di bawah tekanan, dibanding orang-orang yang tidak minum atau minum dalam jumlah sedang.

Selain itu, minum alkohol dalam jumlah berapa pun berpotensi mengakibatkan konsekuensi terhadap kesehatan. Menurut penelitian, tidak ada jumlah alkohol yang aman, karena minum dalam jumlah sedang pun bisa berdampak negatif, terhadap kesehatan otak, mengutip Healthline.

Nah, berikut ini ulasan dampak jangka pendek dan jangka panjang dari minum minuman beralkohol yang perlu kamu ketahui. Happy reading!

  1. Efek jangka pendek

Efek sementara yang kemungkinan akan muncul ketika minum minuman beralkohol (atau segera setelahnya) bisa meliputi:

  • Perasaan rileks atau mengantuk.
  • Rasa euforia atau pusing.
  • Perilaku impulsif.
  • Perubahan suasana hati.
  • Bicara lambat atau cadel.
  • Mual dan muntah.
  • Diare.
  • Sakit kepala.
  • Perubahan pendengaran, penglihatan, dan persepsi.
  • Kehilangan koordinasi.
  • Kesulitan fokus atau membuat keputusan.
  • Kehilangan kesadaran atau celah dalam memori (blackout).

Beberapa efek ini, seperti suasana hati yang rileks, kemungkinan muncul dengan cepat hanya sesudah satu minuman. Untuk yang lainnya, seperti kehilangan kesadaran atau bicara cadel, bisa berkembang setelah beberapa minuman.

Efek terkait dehidrasi, seperti mual, sakit kepala, dan pusing, kemungkinan tidak muncul selama beberapa jam, dan juga bisa bergantung pada apa yang diminum, berapa banyak, dan apakah juga minum air. Efek ini kemungkinan tidak bertahan lama, tetapi itu tidak membuatnya tidak menyebabkan masalah yang signifikan.

Impulsif, kehilangan koordinasi, dan perubahan suasana hati bisa memengaruhi penilaian dan perilaku, terutama ketika kita minum alkohol dalam jumlah banyak dalam waktu yang singkat. Ini berkontribusi pada efek yang lebih luas, seperti:

  • Cedera, seperti kecelakaan kendaraan bermotor atau mobil, jatuh, tenggelam, dan luka bakar.
  • Kekerasan, termasuk pembunuhan, bunuh diri, kekerasan seksual, dan kekerasan pasangan intim.
  • Keracunan alkohol atau overdosis alkohol, yaitu keadaan darurat medis yang disebabkan oleh kadar alkohol dalam darah (blood alcohol content/BAC) yang tinggi.
  • Perilaku seksual berisiko, termasuk seks tanpa kondom atau seks dengan banyak pasangan. Perilaku ini bisa menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan atau penyakit menular menular seksual seperti HIV.
  • Keguguran dan lahir mati, atau gangguan spektrum alkohol janin pada perempuan hamil.

Kadar BAC menentukan efek alkohol pada sistem saraf pusat. Orang-orang yang telah membangun toleransi terhadap alkohol bisa minum lebih banyak dibanding orang-orang yang memiliki tingkat toleransi yang lebih rendah.

Tergantung pada kadar BAC, kita bisa mengalami serangkaian efek samping yang berkisar dari komplikasi kecil hingga komplikasi yang lebih parah.

Misalnya, persentase kadar BAC yang lebih rendah cenderung datang dengan efek samping sementara, yang bisa reda dalam beberapa jam. Namun, seiring meningkatnya persentase kadar alkohol dalam darah, gejalanya menjadi jauh lebih serius dan bisa mengancam nyawa.

Dilansir Alcohol Rehab Guide, berikut rincian persentase kadar BAC yang berbeda beserta gejalanya:

  • BAC=0,033–0,12%: Perbaikan suasana hati, kepercayaan diri yang lebih tinggi, kecemasan berkurang, kemerahan pada wajah, rentang perhatian lebih pendek, kurangnya koordinasi motorik halus, dan penurunan penilaian.
  • BAC= 0,09–0,25%: Sedasi, kehilangan memori dan kurangnya pemahaman, reaksi motorik tertunda, masalah keseimbangan dan ataksia, penglihatan kabur dan gangguan sensasi.
  • BAC=0,25–0,40%: Masuk dan keluarnya dari kesadaran atau ketidaksadaran total, amnesia selama mabuk, tindakan yang mengejutkan, depresi pernapasan, inkontinensia urine, dan detak jantung melambat.
  • BAC=0,35–0,80%: Pingsan, kurangnya respons pupil terhadap cahaya, depresi pernapasan yang mengancam nyawa, penurunan denyut jantung yang parah, dan kematian.

Siapa pun yang minum alkohol terlalu banyak dalam waktu yang terlalu cepat bisa berisiko mengalami overdosis alkohol. Hal ini terutama terjadi pada individu yang terlibat dalam pesta minuman keras, yang didefinisikan sebagai pola minum yang membawa BAC menjadi 0,08 persen atau lebih. Ini biasanya terjadi sesudah perempuan mengonsumsi 4 minuman, atau pria mengonsumsi 5 minuman dalam waktu sekitar 2 jam, serta minum dengan intensitas tinggi, didefinisikan sebagai minum dua kali atau lebih dari ambang batas pesta minuman untuk pria dan perempuan.

Remaja dan dewasa muda yang minum minuman beralkohol kemungkinan berisiko mengalami overdosis alkohol. Menurut penelitian, remaja dan dewasa muda usia kuliah sering terlibat dalam pesta minuman keras dan minuman keras dengan intensitas tinggi.

Padahal, minum minuman alkohol dalam jumlah besar bisa membebani kemampuan tubuh untuk memecah dan membersihkan aliran darah. Hal ini mengakibatkan peningkatan BAC yang cepat, dan secara signifikan mengganggu fungsi otak dan tubuh lainnya.

  1. Efek jangka panjang dari minum alkohol

Minum alkohol memang bisa menciptakan kenyamanan, tetapi hanya sementara. Ini malah lebih mungkin menyebabkan kekhawatiran yang lebih lama, yang melampaui suasana hati dan kesehatan kita.

Inilah beberapa efek jangka panjang yang bisa muncul akibat sering minum minuman beralkohol:

  • Perubahan suasana hati yang terus-menerus, termasuk kecemasan dan mudah marah.
  • Insomnia dan gangguan tidur lainnya.
  • Sistem kekebalan yang melemah, yang kemungkinan bisa menyebabkan kita lebih sering sakit.
  • Perubahan libido dan fungsi seksual.
  • Perubahan nafsu makan dan berat badan.
  • Masalah dengan memori dan konsentrasi.
  • Kesulitan fokus pada tugas.
  • Peningkatan ketegangan dan konflik dalam hubungan asmara dan keluarga.

Minum minuman beralkohol dalam jangka panjang juga bisa berakibat buruk bagi kesehatan. Berikut efek alkohol bagi organ dalam dan proses tubuh:

  • Kelenjar pencernaan dan endokrin: Minum terlalu banyak alkohol dari waktu ke waktu bisa mengakibatkan radang pankreas, menyebabkan pankreatitis. Pankreatitis bisa mengaktifkan pelepasan enzim pencernaan pankreas dan menyebabkan sakit perut. Selain itu, pankreatitis bisa menjadi kondisi jangka panjang dan menyebabkan komplikasi serius.
  • Gangguan hati: Hati membantu memecah dan membuang racun serta zat berbahaya (termasuk alkohol) dari tubuh. Penggunaan alkohol jangka panjang mengganggu proses ini. Ini juga meningkatkan risiko penyakit hati terkait alkohol dan peradangan hati kronis. Penyakit hati terkait alkohol merupakan kondisi yang berpotensi mengancam nyawa, yang mengakibatkan penumpukan racun dan limbah dalam tubuh. Sementara itu, peradangan hati kronis bisa menyebabkan jaringan parut, atau sirosis. Saat jaringan parut terbentuk, ini bisa merusak hati secara permanen.
  • Masalah pada kadar gula: Pankreas membantu mengatur bagaimana tubuh menggunakan insulin dan merespons glukosa. Jika pankreas dan hati tidak berfungsi dengan baik karena pankreatitis atau penyakit hati, maka kita bisa mengalami gula darah rendah atau hipoglikemia. Pankreas yang rusak juga bisa menyebabkan kadar gula dalam darah terlalu tinggi atau hiperglikemia. Jika tubuh tidak bisa mengatur dan menyeimbangkan kadar gula darah, maka mungkin bisa mengalami komplikasi yang lebih besar dan efek samping terkait diabetes. Oleh sebab itu, para ahli merekomendasikan untuk menghindari alkohol dalam jumlah berlebihan jika mengidap diabetes atau hipoglikemia.
  • Masalah pada sistem saraf pusat: Salah satu cara utama untuk mengenali efek alkohol pada tubuh adalah dengan memahami bagaimana hal itu memengaruhi sistem saraf pusat. Seiring waktu, alkohol bisa mengakibatkan kerusakan pada sistem saraf pusat. Akibatnya, kita bisa merasakan mati rasa dan kesemutan di kaki dan tangan. Selain itu, juga bisa memengaruhi kemampuan untuk berpikir jernih, mengatur emosi, menciptakan ingatan jangka panjang, dan membuat pilihan yang rasional. Seiring waktu, minum alkohol juga bisa merusak lobus frontal, yaitu bagian otak yang bertanggung jawab atas fungsi eksekutif, seperti perilaku sosial, penalaran abstrak, pengambilan keputusan, dan kinerja. Peminum berat kronis juga bisa mengalami kerusakan otak permanen, termasuk sindrom Wernicke-Korsakoff, yaitu gangguan otak yang memengaruhi daya ingat.
  • Masalah pada sistem sirkulasi: Minum alkohol kronis bisa memengaruhi jantung dan paru-paru, dan meningkatkan risiko masalah kesehatan terkait jantung. Komplikasi sistem peredaran darah yaitu meliputi tekanan darah tinggi, stroke, gagal jantung, penyakit jantung, hingga serangan jantung.
  • Masalah pada kesehatan seksual dan reproduksi: Minum alkohol bisa menurunkan resistansi, sehingga kemungkinan menganggap bahwa alkohol bisa meningkatkan kesenangan di kamar tidur. Padahal, minum alkohol justru bisa menyebabkan sulit mencapai orgasme, menurunkan libido, mencegah produksi hormon seks, dan mencegah mendapatkan atau mempertahankan ereksi. Selain itu, minum berlebihan bisa memengaruhi siklus menstruasi dan meningkatkan risiko infertilitas.
  • Masalah pada sistem kekebalan: Minum banyak alkohol mengurangi sistem kekebalan tubuh. Jika sistem kekebalan melemah, maka lebih sulit untuk melindungi diri dari kuman. Orang yang banyak minum alkohol dalam jangka waktu lama, juga lebih mungkin untuk terkena pneumonia atau tuberkulosis daripada populasi umum. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menghubungkan 8,1 persen dari seluruh kasus tuberkulosis di seluruh dunia dengan konsumsi alkohol. Selain itu, minum alkohol dalam jangka panjang juga bisa meningkatkan risiko sejumlah kanker, termasuk kanker mulut, tenggorokan, payudara, usus besar atau hati. Minum alkohol dan menggunakan tembakau secara bersamaan bisa meningkatkan risiko kanker mulut atau tenggorokan.
  • Masalah pada sistem kerangka dan otot: Penggunaan alkohol dalam jangka panjang bisa memengaruhi kepadatan tulang, menyebabkan tulang lebih tipis dan meningkatkan risiko patah tulang jika terjatuh. Selain itu, tulang yang melemah juga dapat sembuh lebih lambat. Minum alkohol juga bisa mengakibatkan kram, kelemahan otot, dan atrofi.
  1. Efek alkohol bagi psikologis peminumnya

Penggunaan alkohol jangka panjang bisa mengakibatkan perubahan pada otak, yang bisa memengaruhi:

  • Daya ingat dan konsentrasi.
  • Kontrol impuls
  • Emosi, suasana hati dan kepribadian.

Minum alkohol secara teratur juga bisa memengaruhi kesehatan dan kesejahteraan mental. Sebagian karena alkohol bisa memperburuk gejala kondisi kesehatan mental tertentu, seperti kecemasan, gangguan bipolar, hingga depresi. Selain itu, pengguna alkohol kemungkinan juga merasakan kecemasan dengan mabuk.

Penggunaan alkohol bisa mengakibatkan gejala kesehatan mental yang sangat mirip dengan kondisi kesehatan mental lainnya. Edisi terbaru Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) yang digunakan profesional kesehatan mental untuk mendiagnosis kondisi kesehatan mental mencakup kriteria diagnostik untuk:

  • Gangguan bipolar akibat alkohol.
  • Gangguan psikotik akibat alkohol.
  • Gangguan tidur akibat alkohol.
  • Gangguan depresi akibat alkohol.
  • Gangguan kecemasan akibat alkohol.

Dengan kondisi tersebut, seseorang hanya akan melihat gejala selama keracunan (overdosis) alkohol atau putus alkohol. Gejala ini biasanya membaik dengan cepat ketika penggunaan alkohol dihentikan.

  1. Efek alkohol pada ibu hamil

Tidak ada jumlah alkohol yang dianggap aman untuk ibu hamil. Minum alkohol selama hamil tidak hanya memengaruhi kesehatan sang ibu, tetapi juga janinnya. Minum alkohol bisa menyebabkan keguguran, kelahiran mati, atau kelahiran prematur, mengutip Healthline.

Selain itu, anak-anak yang terpapar alkohol dalam kandungan bisa mengalami berbagai komplikasi sesudah lahir, termasuk:

  • Kesulitan belajar.
  • Masalah kesehatan jangka panjang.
  • Peningkatan masalah emosional.
  • Masalah pada perkembangan.
  1. Kecanduan alkohol merupakan dampak jangka panjang yang sering terlihat akibat minum alkohol

Beberapa orang yang minum alkohol akhirnya mengembangkan toleransi terhadap alkohol. Akibatnya, mereka perlu minum lebih banyak untuk melihat efek yang sama seperti dulu.

Minum alkohol secara teratur juga bisa mengakibatkan ketergantungan, yang berarti tubuh dan otak, sudah terbiasa dengan efek alkohol.

Dilansir Healthline, toleransi dan ketergantungan bisa terjadi sebagai gejala gangguan penggunaan alkohol, yaitu kondisi kesehatan mental yang sebelumnya disebut sebagai alkoholisme (kecanduan alkohol). Ini terjadi ketika tubuh menjadi tergantung pada alkohol. Kondisi ini bisa ringan, sedang, atau berat, tergantung dari jumlah gejala yang dialami.

Kecanduan alkohol merupakan dampak yang sering terlihat pada orang yang minum alkohol dalam jangka panjang, apalagi jika memiliki faktor-faktor risiko berikut:

  • Stres yang berkelanjutan.
  • Memiliki teman sebaya atau anggota keluarga yang minum banyak alkohol.
  • Mempunyai gen yang memengaruhi kepekaan terhadap alkohol.
  • Mengalami kecemasan, depresi, skizofrenia, atau kondisi kesehatan mental lainnya.
  • Peminum berat.
  • Mempunyai kerabat dekat, terutama orang tua yang juga mengalami gangguan penggunaan alkohol.

Gejala gangguan penggunaan alkohol yaitu:

  • Mengidam.
  • Putus alkohol (withdrawal).
  • Minum lebih banyak dari waktu ke waktu.
  • Mengalami kesulitan berhenti setelah satu kali minum.
  • Ketidakmampuan untuk berhenti minum ketika mencoba.
  • Terus minum alkohol meski berdampak negatif pada kesehatan atau kehidupan sehari-hari.
  • Menghabiskan waktu untuk aktivitas yang berkaitan dengan penggunaan alkohol.

Kecanduan alkohol bisa meningkatkan risiko overdosis alkohol. Ini terjadi akibat banyaknya alkohol dalam aliran darah, sehingga area otak yang mengontrol fungsi pendukung kehidupan dasar, seperti pernapasan, detak jantung dan kontrol suhu mulai mati. Ini dapat terjadi saat kita terlalu banyak minum alkohol dalam satu waktu.

Overdosis alkohol bisa menyebabkan kerusakan otak permanen dan bahkan kematian jika tidak segera mendapat perawatan medis. Dilansir National Institute on Alcohol Abuse and Alcoholism, berikut tanda dan gejala kritis overdosis alkohol:

  • Kebingungan mental, pingsan.
  • Kesulitan untuk tetap sadar, atau ketidakmampuan untuk bangun.
  • Muntah.
  • Kejang.
  • Pernapasan lambat (kurang dari 8 napas per menit).
  • Pernapasan tidak teratur (10 detik atau lebih di antara napas).
  • Detak jantung lambat.
  • Kulit lembap.
  • Respons tumpul, seperti tidak ada refleks muntah (yang mencegah tersedak).
  • Suhu tubuh sangat rendah, warna kulit kebiruan, atau pucat.

Jika kamu mencurigai seseorang mengalami gejala di atas, segera hubungi layanan darurat di kotamu. Jangan menunggu sampai orang tersebut memiliki semua gejala, dan waspadalah jika orang tersebut pingsan. Sebab, pingsan bisa berpotensi fatal karena tersedak muntahannya sendiri.

Alkohol bertindak sebagai depresan, menghalangi sinyal di otak yang mengontrol respons otomatis, seperti refleks muntah. Tanpa refleks muntah, seseorang yang minum sampai pingsan berada dalam bahaya tersedak muntahannya dan mati karena kekurangan oksigen akibat muntahan terhirup ke dalam paru-paru.

Jangan berusaha mengobati orang tersebut sendiri seperti dengan menyuruhnya untuk mandi air dingin, minum kopi panas, atau menyuruhnya jalan kaki, karena itu tidak bisa membalikkan efek overdosis alkohol dan malah dapat memperburuk keadaan. Lebih baik kamu melakukan beberapa hal berikut sampai bantuan medis datang:

  • Bersiap untuk memberikan informasi tentang jenis alkohol yang dan berapa banyak yang diminumnya, obat lain yang diminumnya, dan informasi apa pun seputar kesehatan orang tersebut jika kamu mengetahuinya kepada petugas medis yang datang.
  • Jangan tinggalkan orang yang mabuk itu sendirian, karena dia berisiko terluka karena jatuh atau tersedak. Sebaiknya pertahankan agar posisi orang tersebut tetap di tanah, dalam posisi duduk atau sebagian tegak, daripada duduk di kursi.
  • Bantu orang tersebut jika ia muntah dengan memintanya untuk mencondongkan tubuhnya ke depan untuk mencegahnya tersedak muntahannya sendiri. Jika misalnya ia tidak sadarkan diri atau dalam posisi berbaring, maka gulingkan dia ke satu sisi dengan telinga mengarah ke tanah untuk mencegah tersedak.

Pengobatan yang tepat untuk overdosis alkohol bisa mencegah masalah kesehatan yang mengancam nyawa. Namun, overdosis alkohol yang parah bisa mengakibatkan kejang, menyebabkan kerusakan otak jika oksigen ke otak terputus. Kerusakan ini dapat permanen. Jika seseorang selamat dari overdosis alkohol tanpa komplikasi ini, maka prospesk jangka panjangnya sangat baik.

  1. Pengobatan untuk gangguan penggunaan alkohol

Jika sudah memiliki gangguan penggunaan alkohol dan ingin berhenti dari ketergantungan alkohol, sebaiknya cari konseling dan perawatan medis. Tujuannya adalah untuk secara aman dan bertahap mengurangi ketergantungan terhadap alkohol.

Sebabm, penarikan alkohol bisa sulit dan dalam beberapa kasus bisa mengancam jiwa karena efek samping dari alkohol itu sendiri yang sudah terlalu banyak dalam tubuh. Dengan mencari bantuan profesional, maka upaya untuk sembuh dari ketergantungan alkohol bisa lebih efektif dan bisa meminimalkan terjadinya efek samping yang parah dan mengancam nyawa seperti delirium tremens.

Delirium tremens merupakan jenis sindrom penarikan alkohol atau alcohol withdrawal syndrome (AWS) yang paling parah. Ini merupakan keadaan darurat medis yang butuh perawatan sesegera mungkin karena bisa mengancam nyawa.

Nah, perawatan untuk gangguan penggunaan alkohol ini bisa bervariasi, tergantung kebutuhan pasien. Perawatan kemungkinan melibatkan intervensi singkat, konseling individu atau kelompok, program rawat jalan, atau rawat inap residensial. Bekerja untuk menghentikan penggunaan alkohol untuk meningkatkan kualitas hidup merupakan tujuan utama pengobatan.

Dilansir Mayo Clinic, perawatan untuk gangguan penggunaan alkohol bisa meliputi:

  • Detoksifikasi dan manajemen putus alkohol: Perawatan bisa dimulai dengan program detoksifikasi, yaitu putus alkohol yang dikelola secara medis. Ini biasanya makan waktu 2 hingga 7 hari. Pasien mungkin perlu minum obat penenang untuk mencegah gejala putus alkohol. Detoksifikasi biasanya dilakukan di pusat perawatan rawat inap atau rumah sakit.
  • Mempelajari keterampilan baru dan membuat rencana perawatan: Proses ini biasanya melibatkan spesialis perawatan alkohol. Ini kemungkinan termasuk penetapan tujuan, teknik perubahan perilaku, konseling, dan perawatan tindak lanjut di pusat perawatan.
  • Konseling psikologi: Konseling dan terapi untuk kelompok dan individu membantu pasien lebih memahami masalahnya dengan alkohol, dan mendukung pemulihan dari aspek psikologis penggunaan alkohol. Pasien mungkin mendapat manfaat dari terapi pasangan atau keluarga. Sebab, dukungan orang sekitar bisa menjadi bagian penting dari proses pemulihan.
  • Obat oral: Obat disulfiram bisa membantu mencegah pasien minum, meski tidak akan menyembuhkan gangguan penggunaan alkohol atau menghilangkan keinginan untuk minum. Jika pasien minum alkohol ketika mengonsumsi disulfiram, maka obat ini menghasilkan reaksi fisik yang bisa termasuk mual, muntah, kemerahan, dan sakit kepala. Selain disulfiram juga ada naltrexone dan acamprosate. Naltrexone merupakan obat yang menghalangi perasaan baik yang disebabkan oleh alkohol. Ini bisa mencegah minum minuman keras dan mengurangi keinginan untuk minum. Acamprosate bisa membantu pasien melawan kecanduan alkohol sesudah berhenti minum. Tidak seperti disulfiram, naltrexone dan acamprosate tidak menyebabkan mual dan muntah.
  • Obat yang disuntikkan: Vivitrol, versi obat naltrexone, disuntikkan sebulan sekali oleh ahli kesehatan. Meski obat serupa bisa diminum dalam bentuk pil, versi obat yang disuntikkan kemungkinan lebih mudah digunakan oleh pasien yang pulih dari gangguan penggunaan alkohol secara konsisten.
  • Dukungan berkelanjutan: Program aftercare dan kelompok pendukung membantu orang yang pulih dari gangguan penggunaan alkohol untuk berhenti minum, mengelola kekambuhan, dan mengatasi perubahan gaya hidup yang dibutuhkan. Ini kemungkinan termasuk perawatan medis atau psikologis atau menghadiri kelompok pendukung lainnya.
  • Perawatan untuk masalah psikologis: Gangguan penggunaan alkohol biasanya terjadi bersamaan dengan gangguan mental lainnya. Jika pasien mengalami depresi, kecemasan, atau kondisi mental lainnya, maka ia membutuhkan terapi bicara (psikoterapi), obat-obatan, atau perawatan lain.
  • Perawatan medis untuk kondisi kesehatan: Banyak masalah kesehatan yang muncul akibat alkohol bisa membaik secara signifikan sesudah berhenti minum. Namun, beberapa kondisi kesehatan lainnya kemungkinan butuh perawatan lanjutan.
  • Latihan rohani: Orang-orang yang terlibat dalam beberapa jenis latihan spiritual secara teratur mungkin merasa lebih mudah mempertahankan pemulihan dari gangguan penggunaan alkohol atau kecanduan lainnya. Bagi banyak orang, mendapatkan wawasan yang lebih dalam tentang sisi spiritual mereka merupakan elemen kunci dalam pemulihan.

Untuk gangguan penggunaan alkohol yang serius, kemungkinan perlu menginap di fasilitas perawatan rumahan. Sebagian besar program perawatan residensial meliputi terapi individu dan kelompok, kelompok pendukung, ceramah pendidikan, keterlibatan keluarga, dan terapi aktivitas.

Program perawatan residensial biasanya mencakup konselor alkohol dan obat berlisensi, pekerja sosial, perawat, dokter, dan lainnya dengan keahlian dan pengalaman dalam menangani gangguan penggunaan alkohol.

Untuk prospek jangka gangguan penggunaan alkohol tergantung pada banyak faktor. Pada kasus yang lebih ringan, kemungkinan hanya bermasalah untuk jangka waktu tertentu saja. Namun, pada kasus yang parah, sering kali butuh perawatan seumur hidup. Makin cepat kamu mengenali gangguan penggunaan alkohol dan berkonsultasi dengan dokter, maka makin baik juga peluang pemulihanmu. IDNTIMES

Leave a Reply