Sebab Miras Oplosan, Ibu Muda ini Tak Akan Bisa Lagi Lihat Anaknya Tumbuh Dewasa

Sebab Miras Oplosan, Ibu Muda ini Tak Akan Bisa Lagi Lihat Anaknya Tumbuh Dewasa

Ibu muda itu tak bisa melihat putra semata wayangnya tumbuh dewasa. Minuman keras atau miras oplosan dengan kadar alkohol 96 persen telah merenggut kesempatannya membesarkan sang buah hati.

Apriliani, warga Jalan Kapuk, RT 04/RW 01 Kelurahan Pondok Cina, Kecamatan Beji, Kota Depok, meninggal pada Senin malam lalu, 2 April 2018, di pangkuan orangtua di kamar tidurnya. Jika dia selamat dari miras oplosan jahanam itu, pada 21 April nanti April genap berusia 25 tahun bertepatan dengan Hari Kartini.

“Anaknya, sih diem, tertutup jadi (saya) nggak pernah tahu aktifitas dia,” kata Winarti, ibu almarhumah, tentang anak sulung dari lima anaknya tersebut kemarin siang, Kamis, 5 April 2018, di rumah duka. Keluarga ini tinggal di rumah petak kontrakan ukuran 8X10 meter dengan satu kamar dan satu kamar mandi.

April, begitu dia disapa, adalah satu-satunya wanita yang menjadi korban tewas miras oplosan yang dibeli dari toko jamu di Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Sebanyak 16 orang tewas, delapan warga Depok dan sisanya dari Jakarta Selatan. Namun, total 34 orang mati sia-sia dalam waktu berdekatan akibat miras oplosan di Depok, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, dan Bekasi. Sedangkan yang dirawat bisa mencapai sekitar 20 orang.

Winarti lantas menceritakan hari-hari terakhir hidup putrinya yang tamatan SMK dan memiliki anak berusia 2 tahun. Sang anak hidup bersama mantan suami April di kawasan Jagakarsa.

April, ibunya meneruskan, pada Sabtu sore, 31 Maret 2018, berpamitan pergi ke warung Soerabi Bandung di Jalan Margonda Raya, seberang Apartemen Margonda Residence, yang tak jauh dari kediamannya. “Sekitar jam 17.00 April bilang mau antar helm ke Soerabi Bandung, pulangnya entar malem,” ujarnya. “Saya jawab, jangan lama-lama, jangan keluyuran.”

Ternyata April baru kembali keesokan harinya sekitar pukul 09.00 WIB. April memang tak bekerja dan masih tinggal bersama orangtuanya. “Dia mengatakan, habis main. Terus langsung tidur,” kata Winarti.

Sorenya, Minggu, 1 April 2018, sekitar pukul 16.00 April pamit pergi lagi menemui teman-temannya di Soerabi Bandung. April juga baru pulang esoknya, sekitar pukul 05.30. saat itu, kedua orangtuanya merasakan ada sesuatu yang lain pada April, yakni wajahnya pucat, badan lemas, dan tidak bersemangat.

“Pas pulang ke rumah, kok mukanya jadi beda. Dia langsung tidur sampai siang,” ujar ibunya.

April sempat duduk di teras rumah pada sore hari tapi kemudian tidur lagi. Ketika sedang menonton acara televisi, Winarti mendengar April menangis di kamar. “Terus (terdengar suara) ngorok, langsung saya panggil bapaknya.”

Sang ayah, Sulaeman, segera mendatangi April lalu memeluknya karena melihat gelagat yang tidak baik. “Saya tuntun baca syahadat,” katanya.

Menurut dia, April tak mau dibawa ke rumah sakit untuk diobati. Akhirnya sekitar pukul 21.00 April mengembuskan napas terakhirnya. Kala itu, Sulaeman tak tahu apa yang diderita anaknya. Dia hanya mengetahui kalau April penderita maag.

Jenazah almarhumah dimakamkan esok pagi, Selasa, 3 April 2018, sekitar pukul 08.00, di TPU Kober, Pondok Cina. Tujuh warga Depok lainnya yang tewas karena miras oplosan adalah Achmad Mujofar, Andri, Imron Saldi, Hariyandi, M. Sidik, Agus Apuh, dan Darmawan Kusumah alias Wawan. Tempo

Leave a Reply