Sebuah penelitian mengungkap, alkohol menjadi penyebab kematian bagi lebih banyak orang daripada yang dibayangkan selama ini. Hasil penelitian yang dipublikasikan pada akhir bulan lalu dalam sebuah jurnal kesehatan The Lancet.
Di dalamnya disebutkan, alkohol -seperti bir dan wine, menjadi faktor terdepan yang menyebabkan kematian atau pun penyakit. Disebutkan, ada tak kurang dari 2,8 juta orang meninggal setiap tahunnya, terkait alkohol. Selain itu, alkohol pun merupakan penyebab urutan ke tujuh untuk kematian prematur dan kecacatan secara global di tahun 2016.
Seperti dikutip dari laman USA Today, disebutkan, peneliti menggunakan 694 penelitian untuk memperkirakan pola konsumsi alkohol masyarakat dunia. Selain itu, juga digunakan 592 studi dan 28 juta orang demi mempelajari risiko kesehatan akibat alkohol antara tahun 1900 dan 2016 di 195 negara.
Dari penelitian itu terungkap, alkohol terhubung dengan 1:10 kematian pada orang berumur 15-49 tahun. Korelasi itu terkait penyakit tuberculosis, kecelakaan jalan raya, dan aksi melukai diri sendiri. Sementara, bagi orang di atas 50 tahun, kanker disebut sebagai penyebab utama kematian terkait alkohol, di mana 27 persen kematian dialami perempuan, dan 18 persen laki-laki.
Penemuan ini mengungkap bahwa ternyata “beban” konsumsi alkohol lebih buruk daripada yang dibayangkan sebelumnya. Para peneliti ini lantas menyerukan adanya lebih banyak peraturan seputar penggunaan alkohol, sambil menegaskan bahwa tidak ada jumlah alkohol yang sehat.
“Penelitian sebelumnya mengungkap adanya efek protektif atas penggunaan alkohol, untuk beberapa kondisi.” “Namun kini kami menemukan risiko kesehatan yang terkait dengan alkohol, justru bertambah pada semua level konsumsi.” Demikian diungkapkan salah satu peneliti, Max Griswold dari the Institute for Health Metrics and Evaluation, Universitas Washington, Amerika Serikat.
Dia mengatakan, penelitian ini menunjukkan hubungan antara meminum alkohol dan risiko kanker, dan penyebaran penyakit menular, yang jumlahnya lebih besar dari efek protektif alkohol terhadap penyakit jantung pada wanita.
“Dengan demikian, pemahaman yang selama ini ada tentang manfaat alkohol bagi kesehatan perlu direvisi.” “Tentu saja kerena penelitian yang terus berkembang di masa ini kian mengungkapkan bahwa alkohol banyak berkontribusi terhadap kematian global dan kecacatan,” papar Griswold.
Kepada USA Today, Griswold mengaku akan mendorong semua orang untuk mengurangi konsumsi alkohol. Dia menyebut, 2-3 menenggak alkohol sudah mampu menimbulkan risiko meski kecil. “Jika saja setiap orang mau mengurangi kebiasaan mereka menenggak alkohol hingga separuhnya saja, kita bisa menyelamatkan jutaan kehidupan di seluruh dunia,” tegas dia.
Tentu saja, masih diperlukan penelitian lanjutan terkait dengan isu ini. Termasuk, bagaimana bisa diungkap soal hubungan pola minum alkohol dengan kesehatan. Misalnya, apakah sama dampak dari meminum segelas wine setiap malam, dengan alkohol pada pesta minuman keras.
Selain itu, Griswold juga mengakui, hingga saat ini belum diketahui bagaimana kondisi kesehatan orang yang semula mengonsumsi alkohol dan lalu menghentikannya.
Publikasi terbaru dari Dietary Guidelines for Americans, -sebuah laporan dari Departemen Kesehatan dan Layanan Publik dan Departemen Agriklutural AS telah menyinggung tentang alkohol ini. Disebutkan, perempuan disarankan untuk tidak meminum alkohol lebih dari segelas sehari, dan laki-laki tak lebih dari dua gelas.
Sementara, The American Society of Clinical Oncology, -sebuah lembaga yang dibangun oleh para dokter spesialis kanker terkemuka AS, menyebut, pembatasan konsumsi alkohol amat membantu pencegahan penyakit kanker. Kompas.com