Berhenti Jual Botol Miras, Pasutri Blitar Dapat Berkah Jual Sayur Omzet Ratusan Juta

Ketika menjalani bisnis yang tidak sejalan dengan hati, tentu ada perasaan mengganjal yang terus mengganggu. Pasangan suami istri asal Blitar, Yogi dan Yona, merasakan hal serupa. Mereka terpaksa menutup bisnis mereka demi mencari berkah dari Tuhan.

Yogi dahulu berternak ayam di daerah Solo. Sementara, Yona menjual barang bekas, rongsokan. Disebut Yona, karena mereka pengantin baru, fokus pun jadi satu yaitu menjadi pengepul barang rongsok, Bunda.

“Saya melihat prospek lebih bagus di rongsok itu. Jadi saya waktu itu menghitung, terus melihat akhirnya saya memutuskan untuk menutup usaha yang di Solo,” katanya, dilansir YouTube Pecah Telur.

Awalnya mereka memulai bisnis mereka dengan menjual barang rongsokan campuran. Namun, pada 2014, mereka berfokus pada botol. “Pabrik kecap di Blitar kita yang suplai, terutama botol miras,” kata Yoga.

“Kita sudah benar-benar di atas, di ujungnya usaha itu. Saya keliling dahulu mobil pickup, untuk cari botol, pelanggan, supplier,” ujarnya.

Ditambah, Yona merasa semuanya mudah diatur karena berbisnis botol bekas. Mereka sudah tahu ke mana akan mengirim atau memasok botol tersebut,” katanya.

Bisnis mereka pun membuahkan hasil. Di Jawa Tengah, Yogyakarta, hingga Bali. Mereka mendapat omzet Rp700 juta per bulan. “Laba kotor antara Rp100 juta cuma nanti kena karyawan, sama cicilan. Rp40 jutaan,” katanya.

Suatu saat, Yogi dan Yona mendapat telepon dari seorang teman yang mengatakan dirinya bebas riba. Dari situ lah Yogi dan Yona mulai mencari makna riba.

Yogi dan Yona merasa dengan bisnis yang dijalani tidak berkah karena mereka masih memiliki pinjaman bank. Ditambah, semakin banyak riba, mereka semakin yakin untuk banting setir.

“Sekitar 70 persen memegang peranan itu minuman keras. Karena berbisnis itu enggak cuma mencari dunia saja. Lah akhiratnya kita pun cari. Bisnis ini banyak mudharatnya,” ujar Yogi.

Yona mengaku mereka sampai berpikir selama enam bulan. Tidur pun tidak nyenyak, Bunda. Sampai suatu ketika, puncaknya ketika truk pickup yang bisa menghasilkan laba bersih Rp4 jutaan, namun sopir lalai karena radiator truk tak beres sehingga turun mesin. Uang sebesar Rp4 juta pun habis karena memperbaiki.

“Wah, ini memang peringatan dari Allah, Rp4 juta untung, Rp4 juta juga hilang,” katanya.

Penutupan bisnisnya itu tak jarang mendapat tentangan dari keluarga. Lantaran, profitnya itu sudah baik tapi malah dilepaskan. Saking banyaknya cemooh, mereka pun sampai dibilang sok suci.

“Kita pun enggak apa-apa. Bismillah lah,” katanya.

Yona mengaku mereka juga bertanya sudah ke beberapa ustaz, terutama tentang riba. Akhirnya pada saat kajian di Malang, Yogi dan Yona merasa tersentil dengan omongan Ustaz.

“Ibu itu mau menyapu lantai kotor dengan sapu yang kotor kapan bersihnya? Istilahnya itu tadi, saya punya utang riba, mau dibersihkan dengan usaha botol minuman. Lah kapan bersihnya?”

Setelah berhenti berbisnis botol miras, Yogi dan Yona memiliki ide untuk bisnis jual sayuran. Baca kelanjutannya di halaman berikut.

Keduanya mengaku bahwa bisnis sayur ini mereka benar-benar meninggalkan zona nyaman. Mereka harus melakukan semuanya dari nol, survei hingga cari barang semua dilakukan sendiri.

Sempat maju mundur, Yogi kepikiran untuk mundur lagi ke bisnis awal. Ini lantaran omzetnya hanya Rp2 juta per hari. Perbandingan omzet jual botol cukup besar. 

Yogi tak menyangka berbisnis di bidang sayuran, tak semudah yang dikira. Sempat maju mundur, Yogi kepikiran untuk mundur lagi ke bisnis awal. Ini lantaran omzetnya hanya Rp2 juta per hari.

Yogi dan Yona kemudian mencoba untuk mendirikan pasar mini, toko sayuran. Semula display-nya sedikit. Dari situ omzet bisnis mereka bertambah, Bunda.

“Dulu omzet 700 juta lebih, sekarang diganti hampir serupa. Profit pun alhamdulillah lebih baik,” katanya dalam Rupiah.

Hati lebih tenang, waktu lebih longgar, kumpul sama keluarga tiap hari. Wah, inspiratif ya, Bunda. HAIBUNDA

Leave a Reply