Mengonsumsi minuman beralkohol diharamkan dalam Islam. Tak hanya dari segi agama, sains pun menyoroti bahwa konsumsi minuman beralkohol membuat seseorang berisiko menghadapi sejumlah konsekuensi kesehatan yang merugikan.
Pusat Penggunaan dan Kecanduan Zat di Kanada (CCSA) menyebutkan, konsumsi lebih dari dua minuman beralkohol per pekan menempatkan seseorang pada risiko moderat konsekuensi kesehatan yang merugikan terkait dengan alkohol. Itu termasuk kanker, penyakit hati, dan penyakit kardiovaskular. CCSA juga menyampaikan bahwa minum tiga hingga enam porsi minuman alkohol standar sepekan membuat seseorang berisiko terserang lebih dari tujuh jenis kanker.
Pada awal tahun ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, tidak ada jumlah konsumsi alkohol yang “aman” dan tidak memengaruhi kesehatan. Laporan yang diterbitkan di JAMA pada November 2022 pun menunjukkan kematian akibat alkohol kerap disebabkan oleh kondisi kesehatan kronis.
Studi lain menemukan, orang yang tidak minum alkohol terpantau tidak memiliki risiko penyakit jantung yang lebih tinggi dibandingkan orang yang mengonsumsi alkohol dalam jumlah rendah hingga sedang. Penelitian observasional pada tahun lalu memperlihatkan hubungan antara kebiasaan minum alkohol dan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular.Ahli onkologi medis di Pusat Kanker Carbone Universitas Wisconsin, Noelle LoConte, menjelaskan bahwa alkohol dikenal sebagai karsinogen. Saat seseorang minum alkohol, enzim di mulut mengubahnya menjadi asetaldehida, bahan kimia yang merusak DNA dan mencegah tubuh memperbaiki kerusakan
LoConte yang merupakan profesor kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat Universitas Wisconsin menyoroti bahaya minum alkohol. Pasalnya, karsinogen menyentuh mulut, tenggorokan, dan kerongkongan saat alkohol diminum.
“Untuk kanker payudara, alkohol meningkatkan jumlah estrogen dalam darah. Untuk kanker hati, alkohol menyebabkan sirosis yang mengarah ke kanker,” ujar LoConte, dikutip dari laman Inverse, Kamis (26/1/2023).
Sebuah studi yang diterbitkan dalam Lancet Oncology pada 2021 menemukan bahwa secara global, sekitar 741 ribu atau 4,1 persen dari keseluruhan kasus kanker baru pada 2020 disebabkan oleh konsumsi alkohol. Tiga perempat dari kasus yang disebabkan oleh alkohol terjadi pada laki-laki.
Jenis kanker yang paling banyak menyumbang kasus adalah esofagus, hati, dan payudara. Semakin banyak seseorang minum alkohol, semakin besar risiko mengidap kanker terkait alkohol. Lama seseorang menjadi peminum juga bisa menambah risiko.
Disampaikan LoConte, risiko itu bisa ditekan jika seseorang berhenti minum sama sekali. “Risikonya menurun seiring waktu, tetapi butuh sekitar 20 tahun untuk kembali ke garis dasar. Ini sangat mirip dengan merokok dan berapa lama risiko berkurang ke tingkat tidak merokok,” kata dia.
Di Amerika Serikat, penyebab paling umum dari kematian terkait alkohol adalah penyakit hati alkoholik. Pusat Pengendalian Penyakit AS (CDC) memperkirakan bahwa antara 2015 dan 2019, sekitar 22.400 orang meninggal akibat kondisi tersebut setiap tahunnya.
Risiko tertular penyakit hati alkoholik meningkat seiring jumlah minuman alkohol yang dikonsumsi dan semakin tua usia seseorang. Tiga tahapannya yakni lemak menumpuk di hati, menghasilkan “hati berlemak alkoholik”. Lantas, terjadi hepatitis alkoholik, yang merupakan peradangan hati. Terakhir, sirosis terjadi ketika jaringan hati penuh bekas luka.
Saat seseorang memutuskan berhenti minum minuman beralkohol, dua tahap pertama dapat diatasi. Namun, begitu penyakit telah berkembang ke tahap ketiga, kondisinya cenderung tidak dapat disembuhkan, bahkan dengan penghentian minum alkohol. REPUBLIKA